Berita Terkini

Inilah Sejarah Singkat Dari Lahirnya Desa Sungai Ara

Senin, Februari 05, 2018
Pelalawan:Riaunet.com~Pada tahun 1943, lahirlah sebuah perkumpulan perladangan yang dibawah naungan Penghulu Ransang yang bernama Penghulu Tepu.

Tempat perladangan ini terletak di Tanjung Pasir Panjang dan Teluk Serakung. Pada waktu itu jumlah penduduk yang mendiami tempat ini lebih kurang 25 kepala keluarga. Mereka datang dari daerah sekitarnya, seperti dari Kuala Tolam, Kuala Panduk, dan Pangkalan Panduk.

Dengan hasil pertanian yang cukup memuaskan, di daerah ini timbul niat di hati beberapa penduduk untuk menetap di tanah yang subur dan menjanjikan masa depan yang cerah bagi anak cucunya kelak, maka dipilihlah ketua kampung yang pada masa itu disebut Tungkat.

Pada tahun 1945, berdirilah Tungkat pertama dimana Tungkat yang terpilih berasal dari suku Peliang. Jabatan ini dipegang oleh Tungkat yang bernama Gondam. Tungkat Gondam ini memegang jabatan lebih kurang 6 tahun yakni dari tahun 1945-1951.

Dari tahun 1951, ia digantikan oleh Tungkat yang terpilih selanjutnya, yakni Tungkat Jatin. Dalam pemerintahan Tungkat Jatin ini penduduk bertambah lagi sehingga mencapai 40 kepala keluarga.

Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka lahan perladangan semakin sempit. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka Tungkat Jatin menyusun pemukiman baru untuk lahan berladang. 

Pada masa itu, daerah ini berada dibawah kekuasaan Kerajaan Pelalawan dan semua peraturan harus tunduk dengan pemerintahan kerajaan, dimana masyarakat dibolehkan membuka lahan baru dengan catatan dibayar sewanya, siapa yang berladang maka harus menanam pohon karet untuk raja di Sungai Kayu Ara.

Pada tahun 1954 sampai dengan 1955, penduduk semakin bertambah. Mereka datang dari Teluk Meranti, Pangkalan Bunut dan Kerumutan untuk berladang di daerah ini. Sambil berladang mereka membuat rumah untuk tempat tinggal di Sungai Kayu Ara.

Setelah masyarakat semakin bertambah, maka dibinalah olah raga oleh pemuda secara bersama-sama, seperti sepak raga (sekarang takraw), main kedao, dimana alat-alat olah raga ini dibuat sendiri dan berasal dari alam sekitar, yakni dari rotan dan tempurung kelapa yang cukup sederhana.

Gasing merupakan olah raga yang sangat digemari saat itu. Gasing ini dibuat dari kayu keranji atau kayu sebangko. Olah raga main gasing ini pernah punya sejarah tersendiri. Untuk mengingat hal tersebut masyarakat Desa Sungai Ara telah mempersembahkannya ke hadapan Bupati Pelalawan di Pangkalan Kerinci.

Pada tahun 1956 dipilih lagi Tungkat yang ketiga yakni Penghulu Joal dari Ransang dan wakil penghulu yang bernama Sabai.

Dalam riwayat bermain olah raga Dundang (alatnya dibuat dari anyaman rotan, panjangnya lebih kurang 15 m diikat rapi di atas dahan kayu ara) dan kemudian naik ke atas anyaman tersebut satu sampai tiga orang, lalu ramai-ramai orang memanjat tangga dan menarik tali dundang tersebut, kemudian melepaskannya ke arah sungai Kampar, apabila yang menaiki dundang tersebut tidak tahan maka dundang tersebut akan dihentikan dengan cara menahan tali dundang.

Pada tahun 1965, diadakan pemilihan penghulu Ransang sebagai pengganti Penghulu Joal yang telah habis masa jabatannya. Untuk itu maka dicalonkanlah dua orang dari Sungai Ara dan satu orang dari Ransang.

Di Rangsang yakni Tengku Mustafa dan di Sungai Ara M. Sari dan Bujang Hitam. Setelah pemilihan, yang menang adalah Sungai Ara (M. Sari dan Bujang Hitam). Maka pindahlah kedudukan kepala desa Ransang ke Sungai Ara. Semenjak dipegang jabatan Kepala Desa oleh M. Sari, maka disebutlah Sungai Ara sebagai Desa.

Pada tahun 1971, dipilih lagi Kepala Desa Ransang, dan yang menang adalah Telawa Kandis (T. Mustafa) sebagai kepala desa Ransang dan untuk Sungai Ara sebagai wakilnya ditunjuk Kamaruddin.

Pada tahun 1977, dimekarkanlah Sungai Ara sebagai desa muda dan jabatan kepala desa ditunjuklah Kamaruddin. Tahun 1982 resmilah Sungai Ara sebagai desa definitif.

Hanya sekian riwayat desa Sungai Ara menjadi desa, disebabkan kayu ara di tepi sungai tempat pemuda/pemudi main anyaman yang disebut dundang. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk

lebih sempurnanya penulisan ini. Semoga kita menjadi manusia yang mulia. Amiin.
Wassalam.... dikutip dari para tokoh masyarakat setempat. (rdk)